MENGEMBALIKAN PERAN STRATEGIS SANTRI UNTUK KEBANGKITAN ISLAM
Oleh : Tawati (Aktivis Muslimah dan Revowriter Majalengka)
“Santri di masa kini dituntut untuk tidak hanya mendalami ilmu agama, akan tetapi juga harus mampu berwirausaha sebagai bekal masa depan. Santri dan ponpes harus mendapatkan banyak hal, banyak ilmu baru salah satunya yaitu wirausaha santri. Wirausaha ini untuk menunjang proses survival santri setelah dari pondok pesantren.”
Hal itu disampaikan Koordinator Wilayah SDG Jabar, Achmad Hakiki, seperti dilansir pada Jumat (7/4/2023) lalu, Kelompok relawan santri di Jawa Barat, SDG, terus mendorong pengembangan SDM unggul, mandiri, dan berdaya saing di lingkungan pesantren.
Pesantren merupakan pusat pendidikan untuk menjadi generasi tafaqquh fiddin. Fungsi pesantren adalah sebagai lokus pembelajaran agama dan tsaqafah Islam agar Islam bisa menjadi problem solver. Oleh sebab itu, keberadaan pesantren haruslah kita posisikan sebagai lembaga pendidikan pencetak santri calon ulama, baik laki-laki maupun perempuan.
Potensi santri yang sejatinya dicetak untuk menjadi para ulama penjaga agama Allah dan penjamin agama Allah tidak seharusnya dibelokkan untuk menjadi tumpuan penggerak roda perekonomian masyarakat.
Dalam sistem Kapitalisme segala sesuatu memang di ukur dengan materi, termasuk untuk pemberdayaan pesantren. Definisi berdaya juga di sandarkan pada materi semata. Seseorang atau pun lembaga dianggap bermanfaat hanya jika berkontribusi pada ekonomi.
Begitu pula dengan pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis agama, dianggap tidak berkontribusi jika mengajarkan ilmu agama semata. Jika para santri dan ulama sibuk menggerakkan sektor ekonomi, lalu bagaimana dengan pendidikan agamanya? Bagaimana pula dengan dakwahnya di masyarakat?
Menjadikan pesantren sebagai pilar penggerak ekonomi di tengah masyarakat sama halnya dengan melimpahkan tanggung jawabnya kepada pesantren. Hal ini tentu akan berujung pada teralihkannya fokus pesantren sebagai tempat menimba ilmu dan menyebarkan dakwah.
Dalam pandangan sekuler kapitalisme, santri adalah tenaga kerja yang harus diberdayakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa. Sungguh sangat tidak layak menyejajarkan para ulama dan calon ulama ini dengan faktor produksi. Para santri akan menjadi serupa “buruh” yang bekerja tanpa upah walaupun mendulang keuntungan melimpah.
Disamping itu, sistem sekuler kapitalisme menjadikan lahirnya para ulama yang mandul kontribusinya dalam kemajuan bangsa. Ini karena sistem pendidikan sekuler mendikotomi pendidikan umum dan agama. Seolah-olah yang paham agama tidak usah menjawab tantangan zaman.
Akan tetapi, yang paham urusan dunia malah minus pemahaman agama. Maka lahir lah para pakar yang tidak mengenal agama, juga para ulama yang tidak paham cara menyelesaikan permasalahan dunia.
Jika bukan pada pemberdayaan ekonomi, lantas seperti apa peran strategis santri? Hal ini tentu dikembalikan pada kelebihan yang santri miliki, yaitu memiliki pemahaman tsaqafah Islam. Umat Islam saat ini berada dalam kehidupan sekuler, kondisi dimana Islam terabaikan, padahal Islam adalah solusi kehidupan.
Hanya saja, karena umat tidak mengenal Islam secara mendalam, jadilah mereka mencari solusi dari selain Islam. Akibat dari ketidaktahuan terhadap solusi Islam ini, berbagai permasalahan umat tak kunjung usai. Dari hari ke hari, masalah umat makin pelik dan kehidupan makin sempit saja. Allah SWT, berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُۥ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُۥ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ أَعْمَىٰ
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha: 124).
Alhasil, solusi atas semua masalah itu sesungguhnya ada di dalam Islam. Umat membutuhkan para santri untuk mendakwahkan Islam ideologis di tengah masyarakat. Dengan aktivitas itu, para santri memimpin umat untuk meraih kebangkitan, yaitu dengan menerapkan Islam kafah.
Ketika Islam diterapkan bukan hanya masalah pemberdayaan ekonomi yang terselesaikan. Kesejahteraan pun akan terwujud secara merata. Para santri tak akan terbebani untuk pemberdayaan ekonomi sebab sudah terselesaikan oleh negara. Para pelajar santri pun akan leluasa mendalami Islam, sehingga tercetaklah para mujtahid yang berkontribusi besar bagi peradaban Islam.
Wallahu a’lam bishshawab.