HARI FILM NASIONAL
Hari Film Nasional 2023 diperingati pada tanggal 30 Maret. Hari Film Nasional (HFN) adalah hari penting nasional yang diperingati pada tanggal 30 Maret setiap tahunnya sebagai bentuk apresiasi dan dukungan terhadap dunia perfilman di Indonesia. Berikut kami tuliskan kembali sebuah artikel dari Andesta Herli Wijaya, editor oleh rendi Widodo yang telah terbit di https://validnews.id/.
Badan Perfilman Indonesia (BPI) bersama Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kemendikbudristek menggelar rangkaian konferensi menyambut Hari Film Nasional (HFN) 2023.
Kegiatan HFN Tahun ini mengusung tema Profiling Industri Film Indonesia, “Bercermin Pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan”.
Kegiatan Hari Film 2023 telah berlangsung dengan rangkaian konferensi sepanjang 6-11 Maret. Konferensi ini akan membuka ruang dialog antar pelaku film dan pemangku kepentingan untuk membahas isu-isu strategis perfilman Indonesia hari ini.
Ada banyak isu yang menjadi fokus pembahasan. Di antaranya yaitu kebijakan dan standar pendidikan film, optimalisasi pelaku industri, kode etik profesi, hubungan industrial perfilman Indonesia, pengembangan pasar hingga sensor film.
Selain itu, konferensi juga akan membahas tata kelola festival, harmonisasi peraturan, pembacaan industri hingga penguatan komunitas.
Ketua Pelaksana HFN, Vivian Idris mengatakan, kegiatan ini menghadirkan total 47 pembicara dari unsur pemangku kepentingan, praktisi, akademisi, hingga komunitas film.
Konferensi ini akan menjadi momentum untuk membicarakan, dan mencari solusi dari permasalahan-permasalahan aktual dalam ekosistem perfilman hari ini.
“Maksud dan tujuan dari penyelenggaraan konferensi perfilman nasional 2023 adalah antara lain memotret kondisi terkini perfilman nasional, berdasarkan klasifikasi unsur kegiatan dan upaya perfilman saat ini, yang dapat memperkaya informasi untuk menguatkan film sebagai objek pemajuan kebudayaan,” ungkap Vivin saat membuka konferensi di Gedung Film, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (6/3).
Tema “Bercermin Pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan” dimaknai sebagai semangat untuk membangun kebudayaan secara luas, melalui film.
Sebagaimana ditegaskan Ketua BPI, Gunawan Paggaru bahwa konferensi ini hendak menjaring pemikiran-pemikiran yang relevan untuk pemajuan perfilman Indonesia.
Harapannya, agar tercipta ekosistem perfilman yang kuat dan maju. Dari situ, bisa meningkatkan rasa percaya diri masyarakat dan pelaku perfilman Indonesia, bahwa kualitas film Indonesia bisa bersaing secara global.
“Hendaknya perayaan Hari Film Nasional 2023 dijadikan sebagai momentum yang baik untuk berpikir lebih tentang perfilman nasional,” ucap Gunawan.
Seluruh rangkaian konferensi HFN 2023 berlangsung di Gedung Film, Pancoran, Jakarta Selatan. Selama enam hari, kegiatan ini diisi dengan serangkaian diskusi tentang topik-topik yang telah dikemukakan di atas.
Adapun yang terlibat sebagai pembicara di antaranya Direktur Perfilman, Musik dan Media, Ahmad Mahendra; Ketua Perkumpulan Program Studi Film dan Televisi Indonesia, Gerzon R. Ayawaila; hingga dari perwakilan Asosiasi Guru SMK Kompetensi Keahlian Produksi Film.
Sementara dari praktisi atau sineas, melibatkan produser Edwin Nazir, Ifa Isfansyah, Cesa David Luckmansyah, sutradara Nia Dinata, hingga produser Linda Gozali. Akan ada pula perwakilan dari pelaku usaha bioskop, yaitu Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia, Johnny Syafrudin.
Selain konferensi, kegiatan HFN 2023 juga dimeriahkan dengan rangkaian kegiatan workshop, pameran buku film serta bedah buku.
Tantangan Era Baru
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid turut memberi sambutan dalam acara pembukaan HFN 2023. Dalam sambutannya, Hilmar menyorot perubahan lanskap perfilman dalam satu dekade terakhir, di mana pemanfaatan teknologi menjadi isu yang menonjol.
Menurut Hilmar, perkembangan teknologi itu tidak saja mengubah cara industri dalam memproduksi film, tetapi juga mengubah budaya masyarakat dalam memilah dan mengkonsumsi film.
Karena itu, tantangan bagi industri film hari ini adalah untuk beradaptasi dengan era baru, yaitu beradaptasi untuk penonton baru. Hal ini salah satu yang krusial, yang diharapkan menjadi perhatian bersama dalam konferensi HFN 2023 ini.
“Ini proses yang sangat penting, karena tantangan perfilman saat ini sangat luar biasa. Perubahan teknologi yang mengubah lanskap kebudayaan kita, bukan hanya perfilman, tapi kebudayaan kita secara mendasar. Dan karena itu semua komponen dari ekosistem perfilman ini ketemu, membicarakan segala aspek, sehingga dari hulu ke hilirnya nanti akan didapatkan landasan pijakan yang lebih bagus,” terang Hilmar.
Hari ini, kata Hilmar, masyarakat penonton adalah kalangan milenial dan gen Z, yang memiliki kepekaan yang berbeda, dan cara apresiasi yang berbeda dengan generasi pendahulunya. Hal inilah yang harus terus dibaca oleh industri, agar bisa melahirkan produk-produk film yang menjawab kebutuhan penontonnya.
“Saya pikir, mereka menginginkan film yang bisa menjawab isu-isu, bukan memberikan solusi, tapi paling tidak menemani mereka untuk berpikir. Dan itu saya kira adalah tugas perfilman nasional,” imbuh Hilmar.
Hal lain yang menjadi perhatian adalah soal penguatan peran komunitas dalam ekosistem perfilman. Hilmar mendorong agar para pelaku film memberi perhatian lebih besar lagi pada unsur komunitas sebagai salah satu unsur potensial terkait upaya peningkatan apresiasi hingga optimalisasi distribusi film-film nasional.
“Mungkin kedepan kita perlu memberi perhatian lebih besar kepada komunitas, karena komunitas adalah komponen yang sangat penting dalam ekosistem film,” pungkas Hilmar.