4,4 JUTA KELUARGA BERISIKO STUNTING DI JAWA BARAT HARUS JADI PRIORITAS PENDAMPINGAN
Soreang,BarayaKita – Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) mengamanatkan adanya penyediaan data keluarga berisiko stunting, diantaranya: pendampingan keluarga berisiko stunting, pendampingan semua catin dan PUS, surveillance keluarga berisiko stunting, serta adanya Audit Kasus Stunting. Karenanya, untuk menindaklanjuti hal tersebut, BKKBN Jawa Barat menggelar Orientasi Pemanfaataan Elsimil dan G-Form Pendampingan Ibu Hamil dan Pascasalin pada Proses Identifikasi Kasus Stunting, di Soreang, Kabupaten Bandung, (5-6/9/2022).
Dalam sambutannya, Koordinator Bidang KBKR BKKBN Jawa Barat Pintauli R. Siregar menjelaskan bahwa pemetaan sasaran keluarga potensi risiko stunting Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat pada Pendataan Keluarga Tahun 2021 sangat penting untuk memetakan intervensi percepatan penurunan stunting. “Berdasarkan portal PK21, jumlah total Pasangan Usia Subur (PUS) di Jawa Barat ada 7.822.022 jiwa, dengan keluarga sasaran sebanyak 7.931.568, ditemukan bahwa yang berisiko sebanyak 4.459.769 sedangkan yang tidak berisiko sebanyak 3.471.817,” ungkap Pinta. Dengan demikian, 37.184 Tim Pendamping Keluarga (TPK) harus dioptimalkan untuk fokus melakukan pendampingan pada keluarga berisiko tersebut, agar terhindar dari stunting.
Diharapkan dari pertemuan yang dihadiri oleh masing-masing pengelola Program Bangga Kencana dari Kabupaten Kota, Satgas PPS dan Technical Assistant, Dinas Kesehatan, IPeKB, PKK serta PD IBI Jawa Barat ini, peserta memperoleh pemahaman yang baik mengenai Audit Kasus Stunting, Optimalisasi Pemanfaatan Elsimil, Pemahaman akan pengelompokkan klasifikasi risiko stunting dari data elsimil dan Google form, praktik baik AKS dari beberapa kabupaten kota, cleaning dan penyajian data dari Google Form untuk tingkat kabupaten kota. Agar Jawa Barat Zero New Stunting bisa segera terwujud.
#IG @bkkbnjawabarat
