PROGRAM “ZERO WASTE CITIES” DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA CIMAHI
Cimahi, BarayaKita – BarayaKita.com mendapat kesempatan untuk bincang santai bersama Dinas lingkungan Hidup kota Cimahi, dengan nara sumber : Kadis lingkungan Hidup Kota Cimahi, Moch. Ronny. Tepatnya Jumat 13 Maret 2020, tema bincang santai yang disoroti adalah tentang program “Zero Waste Cities”.
Menurut M. Ronny, Program “Zero Waste Cities” digulirkan atas dasar peristiwa yang terjadi pada 2005. Pada saat itu ada Kejadian Luar biasa di cimahi, yaitu musibah longsor TPA Leuwigajah, dengan korban 150 orang lebih. Kejadian tersebut tidak boleh dilupakan dan harus dicari solusinya. Hal itu tidak boleh terulang lagi. Maka salah satu solusinya, sampah harus dikurangi.
Ronny berkata : “Di kota Cimahi ada program “Zero Waste Cities,” yaitu bagaimana kita mengurangi sampah, nol sampah atau tanpa sampah. Bagaimana caranya? Walaupun terdengar tidak mungkin tapi minimal kita bisa meminimalisir sampah yang terbuang. Jadi intinya adalah bagaimana kita mengurangi sampah.”
Program “Zero waste Cities” ini sudah berlangsung selama 2 tahun, kemudian mulai direalisasikan, ditetapkan role model nya. contoh di RW yg telah ditetapkan, dilakukan sosialisasi, yaitu sampah harus mulai dipilah dari rumah tangga, mana sampah yang organik dan non organik, lalu dikumpulkan. Untuk sampah yang organik bisa dimanfaatkan untuk kompos, sementara untuk sampah unorganik bisa didaur ulang, bisa juga dijual ke bank sampah. Di Cimahi sendiri ada bank sampah yaitu Bank simichi.
Contoh kasus, di wilayah Pasirkaliki, setelah diintervensi dengan program tsb, ternyata hanya 13% saja residu sampahnya. Jadi teknisnya, setelah RW yang berkaitan mau menjadi daerah percontohan, lalu disosialisaikan pada masyarakat kemudian mengedukasi beberapa kader RW untuk sosialisasi pada masyarakat, kemudian dilaksanakan door to door. Setelah masyarakat siap lalu dilanjutkan dengan collecting (bagaimana memilah sampah). Keuntungan yang didapat, Dari 1 rw saja bisa mengurangi sampah sampai 315 ton per hari. Harapan Dinas Lingkungan Hidup, target 30%.
Untuk kendala di lapangan, Ronny menyebutkan “adanya keluhan dari warga kalau masyarakat sudah bayar iuran sampah, kenapa harus direpotkan lagi dengan pengelolaan sampah. Padahal Kalau program ini sudah merata di cimahi diyakini akan banyak orang yang ikut, dan itu artinya akan mengurangi sampah. Untuk diketahui, biaya yang dikeluarkan untuk mengelola sampah adalah sebesar 11 milyar per tahun. Padahal dari iuran sampah warga hanya sebesar 1,5 M.”
Selain “Zero waste cities, ada juga program “Siswa Bawa Tumbler dan Misting”. Ternyata program itu dampaknya luar biasa. Anak-anak dapat makan minum yang sehat dari rumah, selain itu juga bisa mengurangi sampah. Demikian pula para ASN (Aparatur Sipil Negara) melakukan hal yang serupa.
Di Cimahi akan ada Peraturan walikota tentang retail tidak boleh memberikan kantong plastik sekali pakai. Pada April nanti akan digodog aturannya, 6 bulan kemudian akan mulai dilaksanakan.
Sementara itu TPA (tempat pembuangan akhir) di kota cimahi, dahulu dipusatkan di Leuwigajah, Cireundeu. Namun sekarang sudah tidak bisa digunakan lagi karena warga setempat trauma. Saat ini Cimahi ikut ke TPA Sarimukti, yang mana Cimahi harus membayar biaya penggunaannya. Karena itulah sebaiknya sampah dikelola dan menghasilkan residu seminimal mungkin, agar biaya yang dikeluarkan juga tidak terlalu besar.
Pesan Dari Kepala Dinas LH Kota Cimahi, M. Ronny : “Belajarlah dari Negara lain untuk pengelolaan sampah. Selain mematuhi aturan, membayar denda jika melakukan kesalahan, hingga tingginya kesadaran masyarakat mengelola sampah. Jangan pernah lelah untuk mengurus sampah. Mulailah dari diri sendiri, jangan sampai sampah tidak terolah. Kalau tidak terolah maka sampah akan menjadi musibah. Mulai pilah sampah dan manfaatkan sampah yg masih bisa diolah”. (E.m)